Organisasi dan Sifat “keAKUan”
Organisasi hakikatnya menjadi tempat aktualisasi diri individu untuk mencapai tujuan bersama, sehingga kerja-kerja individu harusnya diterjemahkan sebagai kerja-kerja kelompok pula, dengan begitu banyaknya tugas yang harus dikerjakan dalam organisasi, maka setiap individu mendapatkan jatah pekerjaan yang harus dikerjakan. Itu menjadi tanggung jawab individu terhadap kelompok dan harus dikerjakan agar tujuan dari organisasi dapat segera terlaksana tanpa adanya halangan. Sayangnya dalam proses pelaksanaan kerja-kerja organisasi, yang menjalankannya adalah manusia, mari kita telaah dulu, kenapa manusia menjadi masalah?.
Manusia dikenal sebagai manusia yang berakal dan berbudi, artinya memiliki otak untuk berfikir dan hati untuk merasakan, kelebihan yang diberikan tuhan untuk membedakannya dengan makhluk ciptaan lain, sayangnya kelebihan ini yang dapat menjadi potensi masalah dalam organisasi, bukan karena manusia tidak mensyukuri nikmat akal dan budinya, bukan juga karena tidak dapat memaksimalkan penggunaan akal dan budi, namun karena akal dan budi salah digunakan.
Bagaimana bentuk kesalahan penggunaan ini dalam organisasi?. Saya yakin teman-teman pelaku organisasi (organisatoris, red) pernah mendengar temannya yang mengeluh “saya sudah bekerja maksimal, tapi si A tidak”, “saya koordinator anggota tapi Cuma saya yang kerja”, dan begitu banyak keluhan bahkan sampai ada teman yang “menangis” dan berteriak-teriak berkata kalau dirinya saja yang bekerja paling maksimal, sedangkan yang lain tenang-tenang saja. Padahal disisi ruang lain, si teman yang diceritakan sedang memeras peluh keringat bercucuran bahkan bertahan dari serangan kantuk karena diharuskan “melek” hingga pagi hanya sekedar untuk menyelesaikan tuntutan organisasi.
Sikap ke “keAKUan” paling sering terjadi dalam problematika organisasi, ketika si A merasa lebih baik dari yang lain, ketika si B merasa lebih berat kerjanya daripada yang lain, kondisi ini apabila berlarut-larut terjadi maka akan menimbulkan kecemburuan sosial tanpa ujung, artinya kecemburuan tercipta karena salah paham dalam melihat kondisi temannya, layaknya dua orang yang berjalan di dua kutub yang berbeda dan berkeras bahwa jalannya yang benar sehingga tidak ada titik yang dapat mempertemukan mereka. Sikap “keAKUan” bisa menjadi positif ketika hal tersebut diterapkan untuk menunjukkan kemampuan tebaik dirinya, BUKAN untuk menunjukkan bahwa ia paling benar dan yang lain salah.
Teman.., kadang mata kita berada di sudut lain sehingga tidak mampu melihat sudut dimana orang lain berada, tidak semua hal dapat kita lihat dengan kedua mata kita, karena jatah mata yang hanya dua, maka tuhan membekali kita dengan dengan akal untuk berfikir dan budi untuk merasa. Untuk itu teman.., perlunya kedewasaan kita dalam melihat berbagai masalah khususnya dalam interaksi sosial organisasi, ingatlah bahwa tidak semua anggota organisasi berasal dari daerah, budaya, dan ras yang sama, bahkan tiap anggota tidak dilahirkan dalam rahim yang sama. Percayalah bahwa yang dibutuhkan hanyalah kedewasaan.., dewasa dalam berfikir, berucap, bersikap dan merasa. Dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat.
Salam Hangat...!!!
Salam Optimis...!!!
Organisasi hakikatnya menjadi tempat aktualisasi diri individu untuk mencapai tujuan bersama, sehingga kerja-kerja individu harusnya diterjemahkan sebagai kerja-kerja kelompok pula, dengan begitu banyaknya tugas yang harus dikerjakan dalam organisasi, maka setiap individu mendapatkan jatah pekerjaan yang harus dikerjakan. Itu menjadi tanggung jawab individu terhadap kelompok dan harus dikerjakan agar tujuan dari organisasi dapat segera terlaksana tanpa adanya halangan. Sayangnya dalam proses pelaksanaan kerja-kerja organisasi, yang menjalankannya adalah manusia, mari kita telaah dulu, kenapa manusia menjadi masalah?.
Manusia dikenal sebagai manusia yang berakal dan berbudi, artinya memiliki otak untuk berfikir dan hati untuk merasakan, kelebihan yang diberikan tuhan untuk membedakannya dengan makhluk ciptaan lain, sayangnya kelebihan ini yang dapat menjadi potensi masalah dalam organisasi, bukan karena manusia tidak mensyukuri nikmat akal dan budinya, bukan juga karena tidak dapat memaksimalkan penggunaan akal dan budi, namun karena akal dan budi salah digunakan.
Bagaimana bentuk kesalahan penggunaan ini dalam organisasi?. Saya yakin teman-teman pelaku organisasi (organisatoris, red) pernah mendengar temannya yang mengeluh “saya sudah bekerja maksimal, tapi si A tidak”, “saya koordinator anggota tapi Cuma saya yang kerja”, dan begitu banyak keluhan bahkan sampai ada teman yang “menangis” dan berteriak-teriak berkata kalau dirinya saja yang bekerja paling maksimal, sedangkan yang lain tenang-tenang saja. Padahal disisi ruang lain, si teman yang diceritakan sedang memeras peluh keringat bercucuran bahkan bertahan dari serangan kantuk karena diharuskan “melek” hingga pagi hanya sekedar untuk menyelesaikan tuntutan organisasi.
Sikap ke “keAKUan” paling sering terjadi dalam problematika organisasi, ketika si A merasa lebih baik dari yang lain, ketika si B merasa lebih berat kerjanya daripada yang lain, kondisi ini apabila berlarut-larut terjadi maka akan menimbulkan kecemburuan sosial tanpa ujung, artinya kecemburuan tercipta karena salah paham dalam melihat kondisi temannya, layaknya dua orang yang berjalan di dua kutub yang berbeda dan berkeras bahwa jalannya yang benar sehingga tidak ada titik yang dapat mempertemukan mereka. Sikap “keAKUan” bisa menjadi positif ketika hal tersebut diterapkan untuk menunjukkan kemampuan tebaik dirinya, BUKAN untuk menunjukkan bahwa ia paling benar dan yang lain salah.
Teman.., kadang mata kita berada di sudut lain sehingga tidak mampu melihat sudut dimana orang lain berada, tidak semua hal dapat kita lihat dengan kedua mata kita, karena jatah mata yang hanya dua, maka tuhan membekali kita dengan dengan akal untuk berfikir dan budi untuk merasa. Untuk itu teman.., perlunya kedewasaan kita dalam melihat berbagai masalah khususnya dalam interaksi sosial organisasi, ingatlah bahwa tidak semua anggota organisasi berasal dari daerah, budaya, dan ras yang sama, bahkan tiap anggota tidak dilahirkan dalam rahim yang sama. Percayalah bahwa yang dibutuhkan hanyalah kedewasaan.., dewasa dalam berfikir, berucap, bersikap dan merasa. Dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat.
Salam Hangat...!!!
Salam Optimis...!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas Partisipasi Anda.